» » » Potensi Pertanian di Desa

Desa Situsari memiliki pertanian dengan luas 157.190 ha/ m² dari luas wilayah 361.400 ha/ m² dimana pertanian situsari dapat dikatakan cukup baik  itu terlihat masih banyaknya lahan yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Selain itu di dukung juga oleh keadaan tanah Desa Situsari yang cukup subur. Sehingga potensi pertanian di desa situsari sangat prospektif untuk kedepannya. Sebagian besar  masyarakat Desa Situsari memiliki mata pencaharian sebagai petani. Sehingga terdapat banyak komoditas yang mereka tanam sesuai dengan kebutuhan mereka. Komoditas pertanian yang terdapat di desa situsari antara lain: komoditas padi, jagung, kubis, cabai, lengkuas, terung, tomat dan lain lain. Dimana yang sebagai komoditas utama adalah padi dan jagung.

Pola tanam pertanian di desa situsari sangat beragam ada yang pola tanam secara monokultur ada juga yang pola tanam secara polikultur. Pola tanam merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam satu tahun. Pola tanam terbagi dua yaitu pola tanam monokultur dan pola tanam polikultur. Pola tanam monokultur adalah pola tanam dengan menanam tanaman sejenis. Misalnya sawah ditanami padi saja, jagung saja, atau kedelai saja. Tujuan menanam secara monokultur adalah meningkatkan hasil pertanian. Sedangkan pola tanam polikultur ialah pola tanam dengan banyak jenis tanaman pada satu bidang lahan yang terusun dan terencana dengan menerapkan aspek lingkungan yang lebih baik, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Di Desa Situsari sendiri untuk komoditas sayuran seperti kubis  pada umumnya menggunakan pola tanam monokultur sedangkan untuk komoditas jagung menggunakan pola tanam polikultur dengan tanaman kacang tanah selain itu ada juga tanaman buncis dengan tanaman jagung, dimana tanaman jagung  sebagai tanaman border (tanaman pelindung). Jenis tanaman yang menggunakan pola tanam monokultur lainnya adalah padi, lengkuas, cabai, tembakau dan lain lain. Dalam hal penyediaan bibit dan pupuk para petani Desa Situsari masih mengandalkan toko pertanian yang ada di Kecamatan Garut yang umumnya sudah bersertifikat.

Untuk mendukung kegiatan dan pengetahuan para petani di Desa Situsari , para petani bergabung dalam kelompok tani yang terdiri dari Kelompok Tani Barokah Tani (Kelompok tani yang focus pada tanaman Tembakau), Multi Rahayu (Kelompok tani yang focus pada tanaman Padi), Kelompok Tani Pusaka Tani (Kelompok tani yang focus pada buah buahan, kayu kauan dan juga sayur sayuran) dan Kelompok Tani Jaya Harjaya (Kelompok tani yang focus pada penghijauan).  Peran Kelompok Tani seharusnya sebagai wadah para petani untuk  berdikusi mengenai permasalahan pertanian mereka, dan juga sebagai wadah/Jembatan untuk meminta bantuan kepada pemerintahan setempat. Bantuan yang pernah di terima oleh kelompok-kelompok tani berupa pupuk , obat-obatan dan juga bibit. Menurut salah seorang petani sayuran yang bernama Pak H. Edis, beliau mengatakan bahwa kelompok tani di Desa Situsari kurang aktif itu di sebabkan karena tidak adanya jadwal rutin untuk berkumpul atau berdiskusi antar petani. Kebanyakan petani yang terdapat di Desa Situsari ini di dominasi oleh petani penggarap dengan usia yang tidak produktif lagi, hal ini terjadi karena kebanyakan para pemuda desa banyak yang merantau ke kota dan juga ke luar pulau untuk bekerja.

Untuk pengairan sendiri, masyarakat Desa Situsari khususnya petani memanfaatkan sumber air yang berasal dari pegunungan Desa Situsari untuk mengairi areal pertanian mereka dengan menggunakan pipa paralon. Menurut Pak H. Edis pengairan merupakan kendala utama untuk para petani khususnya pada musim kemarau. Pada musim kemarau para petani hanya memanfaatkan pengairan tadah hujan sehingga menyebabkan penurunan produktivitas pertanian yang mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat yang mayoritasnya petani. Selain di pengairan masalah utama lainnya adalah tidak adanya Koperasi Simpan Pinjam di Desa Situsari untuk membantu permodalan para petani.

Penanganan hama dan penyakit tanaman di Desa Situsari masih mengandalkan bahan bahan kimia sintetik, mereka belum mengaplikasikan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Hal ini mungkin terjadi karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran para petani terhadap pengendalian hama dan penyakit yang baik dan ramah lingkungan. Peran pemerintah dalam hal ini sebernarnya sudah dilakukan melalui sosialisasi kepada para petani tetapi mereka masih sulit menerima hal tersebut, karena masih bertumpu pada budaya dan pengetahuan yang turun-temurun.

Hasil pertanian di desa situsari banyak di konsumsi sendiri artinya hasil pertanian mereka tidak secara komersil (tidak untuk dijual hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri), khususnya untuk tanaman padi hasil panennya tidak untuk dijual hanya untuk konsumsi pribadi saja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tetapi untuk komoditas sayuran diantaranya kubis, terung, tomat, dan bawang, hasil panennya selain untuk konsumsi pribadi juga untuk dijual kepada tengkulak yang sistemnya borongan.

Dari hasil survey kami dilapangan yang mana kami mewancarai salah seorang petani padi, yang bermana ibu Mae yang memiliki lahan atau mengelola enam petak lahan atau sekitar 80 tumbak untuk tanaman padi, hasil yang diperoleh setiap panen (5 bulan) sekitar lima kuintal. Dimana hasil panen tersebut hanya untuk konsumsi sendiri. Pada saat wawancara tersebut padi yang di kelola ibu Mae tersebut baru berumur 20 hari dan memang hampir keseluruhan lahan pertanian khususnya padi sawah berumur yang sama. Sedangkan dari hasil wawancara kami dengan salah satu petani lainnya yaitu petani sayuran yang bernama Pak H. Edis (selaku ketua kelompok tani), beliau bisa menghasilkan sebanyak delapan ton sekali panen untuk 150 tumbak tanaman kubis. Sedangkan untuk tanaman cabai Pak Edis bisa menghasilkan delapan kwintal sekali panen untuk 150 tumbak.

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar: